Thursday, April 28, 2005

Champions League - Chelsea v Liverpool

Chelsea - Liverpool played tight 0-0, which is a benefit for Liverpool as the next match will be a home match for them. So, don't know yet which one will go to final and face la mia squadra AC Milan. Milan still have the away match against PSV but it won't be too difficult, hopefully, as on home match they won 2-0.

Wednesday, April 27, 2005

La mia squadra e il mio giocatore


Ieri il Milan ha vincuto contro PSV Eindhoven, nella partita di Champions League semifinal. Il score e 2-0 per la mia squadra, il scorer sono Sheva (42') e Tomasson (89'). Dev'essere hurt per PSV perche i 2 goals are scored nel fine di primo half & segondo half! Perdonami PSV, uno di due squadre deve vincere e quello e la mia squadra! :)
Tutti i giocatori della mia squadra sono bellissimi!!! Specialmente Kaka ;) Mi manchi tuuuuuuuuuu!!!!!... ;))

Uno dei banner ha detto, "Credo aldila quando vedo Kaka!" Anch'io, credo che la mia squadra vincera quando vedo Kaka! Ti voglio bene Kaka... :* :* :*

Wednesday, April 20, 2005

Me and my ego

These days of waiting period are torturing days for me. I'm waiting for good news from "Kakak Cheung" (Gina Cemen knows who he is, hehehe...), and it feels soooooooooo bad!!! Although I'm supported by some important persons to whom I'm very thankful, but still, I think I need good fortune. It feels like you're expecting a baby, you know you'll love the baby and you believe he's the best for you, but don't know yet if he will be born alive or dead. That's how I feel now. And when this thought cross my mind, my heart beats a lot more faster than it's normal speed, and it makes me tired.
I think I was over-estimate before - may Allah forgive me -, and as things don't go as smoothly as I thought, I feel almost depressed.
Raja Minyak told me the other day that anything happen to you is Allah's best decision for you, although it makes you sad or upset and you fell sorry for yourself. Sometimes, the things you think good for you will cause you in trouble and you don't know that before. And actually I believe that, especially when I look back to my past, what I've been through, I love my present life more than my past.
But, the human ego in me can hardly understand that. Wise man said that your ego is your biggest enemy, and he's right. Ego is the most difficult thing to be tamed. Like what I'm feeling now, if I can get along with my ego, my misery is irreasonable.
But I'm not that good in managing my ego, I still want that good news from Kakak Cheung, and I pray a lot for that. I don't mean to win my ego, not at all, but this problem will be much easier if I can manage my ego.
I know I still need some good fortune to win Kakak Cheung's trust, but I keep my hope alive. May Allah speed my pray, amen...

Tuesday, April 05, 2005

True love does exists

Kamis malam lalu saya bertemu dengan P - sengaja cuma inisialnya aja, soalnya saya belum ijin dia utk menulis ceritanya di sini - , seorang teman lama. Terakhir kali kami bertemu adalah dua tahun yang lalu dan lebih dari dua tahun kami tidak sempat ngobrol panjang lebar karena kesibukannya. Malam itu kami ngobrol dalam suasana yang relax sekali. Kami berbicara tentang banyak hal, tapi ada satu cerita yang membuat saya sangat terkesan. Begitu terkesannya sehingga saya tidak bisa menahan diri untuk segera menuliskan cerita ini, takut ada bagian yang terlupakan. Saya sangat surprise bahwa ternyata P yang selama ini sifatnya kelihatan cuek dan kadang terkesan sembarangan, bisa begitu romantis! Saya berusaha menuliskan selengkap mungkin ceritanya malam itu.
P menceritakan sekilas masa kecilnya dengan teman-teman sepermainannya di kampung halamannya di suatu kota kecil di bagian tenggara Prancis yang sayangnya saya lupa namanya. Cerita itu dimulai saat P berusia 18 tahun. P sering melalui akhir pekannya di rumah teman baiknya, Jean-Francois, karena orang tua temannya itu jarang ada di rumah saat akhir pekan. Jean-Francois sering mengumpulkan teman-temannya untuk berpesta di rumahnya.
Suatu hari Jean-Francois bilang, ada penghuni baru di sebelah rumahnya yang tadinya kosong. Satu keluarga yang belum ia kenal, ia cuma tahu bahwa keluarga itu berasal dari kota lain. Dan yang menarik perhatian tentu saja karena keluarga itu punya anak gadis yang cantik sekali.
Beberapa waktu kemudian, keluarga baru itu mengadakan pesta dan mengundang seluruh tetangga. Layaknya pesta pada waktu itu, orang tua akan berkumpul dengan orang tua untuk ngobrol dan berkenalan dengan tetangga baru mereka. Dan anak-anak remajanya juga berkumpul di salah satu bagian rumah itu untuk ngobrol dan berkenalan. Nama gadis cantik itu Sophie, dan P langsung jatuh cinta padanya. Tapi P adalah seorang pemuda yang sangat pemalu, jadi dia tidak punya keberanian untuk berusaha menarik perhatian Sophie, dia hanya berbicara sedikit dengan Sophie sampai pesta berakhir.
Karena kekagumannya pada Sophie, P mengirim surat tanpa menyebutkan namanya. Bukan hanya satu surat, tapi banyak, satu surat setiap minggu selama satu tahun! P hanya menyebutkan dirinya sebagai "Seseorang yang mengagumi kamu", di akhir tiap suratnya. Isinya juga bukan berupa kata-kata rayuan, melainkan cerita P tentang dirinya, tentang kegiatannya sehari-hari, tentang hobbynya dan lain-lain. P membuat Sophie mengenal dirinya tanpa memberitahukannya namanya.
Setelah pesta pertama di rumah Sophie itu, P sempat beberapa kali bertemu dengannya di pesta teman-teman mereka, sehingga mereka jadi lebih saling kenal. Tapi P tidak cerita tentang surat-surat itu, dan tetap mengirim sebuah surat setiap minggunya.
Setelah satu tahun berlalu, P merasa sudah saatnya Sophie tahu bahwa dialah si "Seseorang yang mengagumi kamu" itu, maka P tidak mengirim suratnya minggu itu via pos seperti biasanya, dia menitipkan surat itu pada adik Sophie untuk disampaikan pada kakaknya.
Setelah itu, P bertemu Sophie di gereja di kota mereka, kebetulan P adalah pemain gitar di band gereja itu. Sophie bilang ia sangat menyukai surat-surat itu, bahkan seluruh keluarga menyukainya karena Sophie selalu membacakan surat yang baru tiba pada saat makan malam dengan keluarga. Dan karena surat itu rutin tiba setiap minggu, seluruh keluarga seolah tak sabar untuk mendengar apa yang bakal diceritakan oleh si penulis surat itu minggu itu.
Singkat cerita, mereka pacaran. Menurut P, masa-masa pacaran itu seperti mimpi yang menjadi kenyataan, semua begitu indah dan begitu luar biasa.
Sophie yang sifatnya menyenangkan itu tidak butuh waktu lama untuk dekat dengan keluarga P, begitu juga P yang segera dekat dengan ibu dan adik-adik Sophie. Tapi satu hal, ayah Sophie tak pernah menerima P seberapa pun besarnya usaha P untuk melunakkan hatinya. Alasannya karena P yang berasal dari keluarga kelas menengah tidak sepadan untuk Sophie yang datang dari kalangan aristokrat Prancis. Selain dapat hambatan dari ayah Sophie, P juga dicemburui oleh beberapa pemuda kaya yang merasa diri mereka lebih layak untuk Sophie. Sophie sendiri tidak pernah mempermasalahkan perbedaan status mereka itu.
Pada waktu P ke Paris untuk belajar atau saat Sophie pergi ke luar kota dengan keluarganya, mereka tetap berhubungan via surat. Menurut P, ia masih menyimpan beberapa surat Sophie di rumah ibunya.
Suatu hari, di suatu pesta yang tidak dihadiri oleh Sophie, para tamu termasuk P minum-minum dan sedikit mabuk. P melakukan kesalahan fatal, ia mencium seorang gadis di pesta itu. Satu ciuman yang tidak berarti apa-apa bagi P tapi memberi dampak serius terhadap hubungannya dengan Sophie yang telah berjalan selama 3,5 tahun itu.
Keesokan harinya ketika P mencoba menelpon Sophie untuk mengatakan bahwa ia telah membuat kesalahan, ia ingin minta maaf dan memberikan penjelasan, Sophie telah lebih dulu mendengarnya dari orang lain. Gosip begitu mudah menyebar di kota kecil itu. Sophie sangat marah dan kecewa. Ia tidak menerima permohonan maaf P dan mengakhiri hubungan mereka. Dibutuhkan waktu 1 tahun bagi P untuk recovery dari kesedihan dan penyesalannya. Dia seperti orang yang terpuruk dan kehilangan semangat hidup. Terlebih lagi saat itu P harus pergi ke Paris selama 1 tahun untuk memenuhi wajib militer, sehingga ia semakin jauh dari Sophie.
Sekembalinya P dari Paris, ia menelpon Sophie dan bertanya apa boleh ia mampir sekedar untuk menyapa. Sophie tidak keberatan. Saat pertemuan itu, P masih merasakan betapa kuat rasa cintanya pada Sophie. Sophie pun kelihatannya masih sangat mencintai P, tapi ia tidak membiarkan perasaannya itu tumbuh kembali.
Setelah itu P lebih banyak tinggal di kota lain, dan pulang sesekali untuk menengok ibunya. Suatu hari P menerima undangan pernikahan Sophie, calon suaminya adalah teman P juga. P hadir ke pesta pernikahan itu, ia bahkan sempat berdansa dengan Sophie. P bilang ke saya bahwa perasaannya pada waktu itu bercampur aduk, dia masih sangat mencintai Sophie, dan juga masih merasakan cinta Sophie, tapi pada saat bersamaan mereka tahu bahwa cinta mereka tidak mungkin lagi bisa terwujud kembali.
Setelah itu P pergi ke Spanyol untuk beberapa waktu dengan temannya. Sekembalinya dari Spanyol, kembali P menelpon Sophie, tapi saat itu ibu Sophie yang menjawab telponnya. Ia menawarkan P untuk mampir ke rumahnya, karena ia juga sangat menyayangi P. Saat itu Sophie sedang hamil. P bilang pada saya, rasanya aneh sekali melihat wanita yang sangat dicintainya itu di depannya, dalam keadaan hamil yang bukan anaknya... Saya tidak bisa berkomentar, saya memahami perasaannya. Saya bahkan sempat membayangkan, seandainya saya jadi Sophie, mungkin saya akan memaafkannya dan memberi kesempatan lagi pada cinta kami. Tapi saya juga mencoba memahami perasaan Sophie, mungkin ia terlalu terkejut dan kecewa dengan kejadian itu. Ia tidak percaya dan sulit menerima bahwa P bisa melakukan kesalahan itu. Jika pacarnya adalah seorang pemuda playboy mungkin ia bisa sekedar marah dan menamparnya kemudian melupakan kejadian itu. Tapi tidak mungkin dengan P, dia pemuda lembut hati, polos dan pemalu. Mungkin Sophie merasa impiannya yang sempurna rusak oleh kejadian itu.
Setelah pertemuan itu, P tidak pernah lagi mengubungin Sophie. Tapi secara tidak langsung ia masih selalu mendengar kabar tentang Sophie. Teman baik Sophie dekat dengan ibu P, dan sering mengunjunginya. Ia selalu menyampaikan kabar Sophie pada ibu P, dan ibu P menceritakannya pada P. Begitu juga sebaliknya, secara tidak langsung Sophie juga masih selalu mendengar kabar P.
Sekarang Sophie telah mempunyai 3 anak, P juga punya 3 anak. Dan lucunya, nama istri P sekarang juga Sophie, mereka bertemu di Paris.
P bilang, kadang terpikir juga untuk menghubungi Sophie, sekedar menyapa, tapi itu tak ada gunanya. Lagi pula, pasangan-pasangan mereka mungkin akan terganggu dengan itu. P cuma bilang, mungkin memang Sophie lah cinta sejatinya, the love of his life, the right person at the right time of his life. Bahkan di saat ia menceritakan tentang Sophie pada saya, ia bilang ia masih merasakan hatinya berdebar-debar... Dan saya percaya itu, saya percaya bahwa Sophie sangat istimewa bagi P, dibutuhkan waktu 1 tahun untuk berusaha mengenal Sophie, kemudian 3,5 tahun yang menurut P adalah masa-masa terindah dalam hidupnya, setelah itu dibutuhkan 1 tahun lagi untuk bangkit dari keterpurukan dan setelah puluhan tahun berlalu, P masih selalu mengingatnya...
Ternyata cinta sejati itu benar-benar ada... Meskipun endingnya tidak selalu seindah kisah Cinderella... Dan saya jadi bertanya-tanya, kira-kira saya akan menemukan seseorang yang begitu memuja saya seperti P memuja Sophie selama puluhan tahun gitu nggak ya...? Ada pepatah bijak yang berbunyi, "The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams", jadi saya rasa saya memilih untuk percaya bahwa saya akan menemukannya dan endingnya bisa seindah kisah Cinderella... Kalian juga kan friends...?