Thursday, November 29, 2007

O N E T

Lama aku gak nulis sesuatu di blog ini, dan hari ini, bukan berita menyenangkan yang aku bawa.

Ceritaku kali ini adalah tentang Onet, kucingku yang usianya masih tergolong muda, sekitar 2 tahun (aku tidak ingat secara tepat tanggal lahirnya), yang tadi malam, 28 November 2007 sekitar jam 8 malam, meninggal karena sakit radang tenggorokan yang rupanya sudah lebih parah dari pada yang kami duga.

Rumah terasa sepi tanpa kehadiran Onet, karena dia satu-satunya (dari 8 kucing kami) yang cerewet. Dia senang mendengar gema suara kerasnya di kamar mandi, yang sering kali justru mengganggu menurut kami, tapi bagi Onet, itu menyenangkan. Dia gak akan menyia-nyiakan kesempatan kalo liat pintu kamar mandi kami terbuka.

Sejak kecil kondisi fisiknya bagus, bahkan cenderung 'pecicilan', dia senang sekali bermain dengan barang-barang kecil, pensil, jepit rambut, sampe hiasan kulkas. Tapi di balik sifat lincahnya itu, Onet adalah kucing yang penuh kehati-hatian, kalo tidak bisa aku bilang penakut. Ia tidak tertarik dengan perkelahian kucing lain, dan begitu merasa ada kehebohan sedikit, dia langsung ngumpet di kamar mamaku, biarpun kehebohan itu hanyalah orang yang bertamu ke rumah kami. Dan bagi aku, itu bagus, sehingga ia bisa menjaga diri sendiri tanpa kami harus repot-repot.

Hobinya yang lain adalah menggigit-gigit rambut kami, tapi Onet hanya mau kalo rambut kami wangi sehabis keramas, nakalnya... Rambut keringetan dan tidak wangi tidak menarik baginya.

Dan hal yang paling mencolok pada Onet adalah kedekatannya pada Abang, pacarku. Onet selalu nurut kalo Abang yang perintah, dia senang sekali kalau Abang datang, dan langsung minta Friskies, biskuit kesukaannya. Kesukaan lainnya adalah bertengger di jok motor Abang, sampe waktunya Abang pulang. Pernah sekali waktu Abang bilang, saat kami menikah nanti, Onet bisa ikut tinggal bersama kami.

Jujur, aku sangat merasa kehilangan. Sosoknya yang lucu, cerewet dan agak nakal membuat kami semua kangen. Gak ada lagi yang teriak-teriak denga suara cemprengnya itu di rumah kami. Gak ada lagi kucing putih bermata biru yang biasanya duduk-duduk di tembok depan rumah kami.

Tapi kami ikhlas, ini ketentuan Allah. Allah masih memberi kami kesempatan untuk menemukan dan merawatnya, Pak Jaden, dokter hewan kami pun sudah berusaha. Dua hari sebelum meninggal, ia sempat menghilang, dan kami tahu dia sedang kurang sehat. Papaku dulu pernah cerita, bangsa kucing (kucing, macan, singa, dll) selalu memisahkan diri dari komunitasnya jika merasa ajalnya sudah dekat. Dan itu merupakan naluri hewannya.

Sekali lagi, betapa pun besarnya rasa kehilangan kami, kami ikhlas. Aku percaya sekarang Onet berada di tempat yang menyenangkan, jauh lebih menyenangkan dari pada yang bisa kami berikan sebelumnya, karena Allah Maha Penyayang kepada seluruh hamba-Nya.

Sekarang Pipi, kucing kami yang lain, sedang hamil. Aku berharap salah satu anaknya kelak adalah anak Onet, semoga... Amin...