Awalnya aku berencana pergi ke Malang bersama keluarga, tapi seminggu setelah hari pernikahanku, aku sakit. Menurut tradisi Jawa, pengantin tidak dibolehkan bepergian sebelum sepasaran (5 hari). Setelah aku sembuh, mamaku yang sakit, mungkin kami berdua kelelahan dan sedikit stress.
Dari pada kami di rumah saja menghabiskan sisa liburan, aku dan Abang pergi ke Bandung. Tidak seperti acara jalan-jalanku biasanya yang selalu well-planned, perjalanan kami ke Bandung ini unplanned. Kami memutuskan untuk pergi naik angkutan umum. Dari rumah, kami naik busway ke Gambir. Dari halte busway Kramat Jati yang terdekat dari rumah kami, kami ganti sekali di halte Senen, langsung menuju Gambir. Setibanya di sana, kami langsung cek jadwal kereta ke Bandung, karena seperti saya bilang tadi, benar-benar unplanned. Ternyata jadwal keberangkatan terdekat adalah Argo Gede yang akan berangkat 20 menit lagi, sekitar jam 11. Maka kami bergegas membeli tiket, kemudian kami juga membeli makan siang di Hoka Hoka Bento. Setelah itu kami langsung naik ke kereta.
Kereta berangkat on time. Karena memang sudah waktunya makan siang, kami langsung menyantap Hoka Hoka Bento yang kami beli tadi. Setelah itu kami pikir kami akan ngantuk dan tertidur, ternyata tidak. Mungkin karena excited juga dengan liburan yang cukup spontan ini, kami malah ngobrol dan menikmati pemandangan. Tiga jam berlalu tidak terasa lama, kami telah tiba di stasiun Bandung.
Dari sana kami tadinya berencana menyewa mobil, kami telah membawa peta kota Bandung dari rumah. Ternyata, keterangan yang kami dapatkan, di sana tidak ada rental mobil yang istilahnya 'lepas kunci' (tanpa supir). Sedangkan untuk menyewa mobil beserta supir kami pikir tidak begitu perlu, mengingat program jalan-jalan kami ke Bandung juga belum jelas. Di samping itu harganya lumayan mahal, Rp. 450,000 per hari.
Lalu kami berjalan ke depan stasiun dan belum memutuskan akan menginap di mana. Tiba-tiba sebuah colt angkutan umum tujuan Lembang berhenti di depan kami. Budaya angkutan umum di mana-mana sama, berehenti di depan calon penumpang tanpa di minta. Kami pikir, mungkin asik juga menginap di salah satu hotel di Lembang. Akhirnya tanpa pikir panjang, kami segera naik colt umum tersebut. Kira-kira 1 jam perjalanan, kami tiba di Pasar Lembang. Dan kira-kira 500 m sesudahnya, kami berhenti di depan sebuah hotel. Singkat cerita, kami check in di hotel tersebut. Tempatnya bersih dan cukup bagus, pelayannya juga ramah-ramah dan membantu. Hari itu kami tidak berencana untuk pergi jauh-jauh. Kami mandi, istirahat sebentar, kemudian keluar untuk makan malam. Malam itu hujan, udaranya dingin sekali.
Keesokan harinya, kami berencana untuk pergi ke Ciater, berendam di kolam air hangat. Setelah sarapan nasi goreng di hotel yang rasanya enak juga, kami berangkat menuju Ciater. Kami naik angkutan umum dari depan hotel, berganti angkutan umum lain sekali lagi. Tapi entah bagaimana awalnya, kami berubah rencana untuk pergi ke Gunung Tangkuban Perahu dulu sebelum ke Ciater. Kami carter angkutan umum yang kami naiki tersebut, kami sepakat untuk membayar Rp. 100,000 untuk angkutan menuju Gunung (7-8 km jauhnya) dan kembali ke jalan besar, plus 2 tiket masuk. Pemandangan cukup indah, karena hari masih pagi dan udara kebetulan cerah.
Seturunnya kami dari Gunung, kami berhenti di sebuah kedai kecil untuk menikmati kopi susu sebelum melanjutkan perjalanan menuju Ciater.
Dari situ, ternyata kami cukup naik angkutan umum satu kali menuju Ciater, di sambung ojek. Karena jaraknya cuma sekitar 200m dari pangkalan ojek ke Ciater, kami memilih untuk berjalan kaki sambil olah raga, lagi pula udaranya sejuk dan menyenangkan.
Setibanya di Ciater, kami sholat, kemudian makan siang di sebuah kafe yang menyajikan masakan Sunda. Siang itu kami makan nasi timbel komplit, plus sambal yang enak sekali. Setelah kenyang, barulah kami menuju kolam renang. Karena hari itu bukan hari libur, kolam renang sepi sekali, tak lebih dari 10 orang yang ada di sana. Bahkan setelah mereka pergi, kami hanya berdua di sana. Enak sekali berendam menghilangkan penat sambil merilekskan pikiran. Sore harinya kami kembali ke hotel.
Keesokan paginya kami check out karena rute kami adalah dalam kota Bandung, jadi kami tidak perlu lagi kembali ke hotel untuk mengambil barang-barang kami. Lagi pula bawaan kami hanya 1 buah tas ransel yang dibawa Abang. Aku hanya bawa tas tanganku.
Pertama kami pergi ke jalan Setiabudhi, di mana berjejer beberapa factory outlet. Kami membeli beberapa pakaian yang kami suka. Dari situ kami bertanya ke satpam lokasi Saung Angklung Udjo. Yang satu ini aku dapat infonya dari adikku, dia bilang cukup menarik. Ternyata dari Setiabudhi kami cukup sekali naik angkutan umum, tiba di tempat tersebut yang ternyata berlokasi di Caheum. Ternyata menarik sekali di sana, tempatnya indah dan teduh, kesannya sangat natural karena terdiri dari bambu di mana-mana. Di sana kami juga berkesempatan untuk belajar memainkan alat musik angklung bersama pengunjung-pengunjung yang lain.
Puas bermain angklung, kemudian makan siang dan sholat di tempat tersebut, kami melanjutkan perjalanan menuju toko kue Kartika Sari untuk membeli oleh-oleh buat keluarga di rumah. Dan karena tergoda nasi timbel, kami makan lagi di sana :)
Selesai berbelanja oleh-oleh, kami langsung menuju stasiun untuk membeli tiket dan sholat, kebetulan kereta yang jadwalnya paling dekat akan berangkat 30 menit lagi.
Karena hari menjelang malam, tidak ada pemandangan yang bisa kami nikmati, maka kami tertidur hampir sepanjang perjalanan.
Kami turun di stasiun Jatinegara, kembali ke rumah.