Showing posts with label Amore. Show all posts
Showing posts with label Amore. Show all posts

Wednesday, May 03, 2006

PaR aMouR

Kemarin aku ke Plaza Senayan, beli parfum untuk keperluan market sample. Nama parfumnya Par Amour by Clarins. Kemasannya elegan, dan di dalemnya ada puisinya dalam 3 bahasa; Bahasa Inggris, Bahasa Perancis & Bahasa Italia. Metto quella in italiano, perche sia cosi romantica...

Amare sussurarlo
Con poche parole
Il tempo di uno sguardo
Con un battere di ciglia
Nella luce di un sorriso

Amare sentirlo
Negli angoli nascosti del tuo collo
Fremendo di gioia
Nell'alcova delle tue braccia
Per non andare piu via

Amare condividerlo
Perche tu sei tutto
Amore e gioia
E allora vorrei che con te
L'amore durasse per sempre.

Wednesday, April 19, 2006

LoVe QuoTe

Love is like swallowing hot chocolate
before it has cooled off.
It takes you by surprise at first,
but keeps you warm for a long time...

~ by Anonymous ~

Monday, November 14, 2005

KaLau KaRieR iSTRi LeBiH MaJu DaRi SuaMi - Part 3 TaMaT

Bagaimana caranya menanggulangi kesenjangan perkembangan karier ini? "Kami menganjurkan pasangan untuk berbicara dari hati ke hati, kalau mereka menjelaskan apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka perlukan dari pasangannya. Kebutuhan itu mungkin belum mereka terima karena pasangannya tidak tahu." Begitulah penjelasan Dr. Henry Spitz. Dengan istrinya, Spitz membuka praktek penasihat perkawinan di New York City.
Kalau suami-istri Spitz menghadapi pasangan yang mendapat kesulitan setelah pihak istri meningkat kariernya, maka mereka akan menelusuri sejarah suami-istri itu.
Mereka mencoba mengetahui bagaimana hubungan orang tua kedua belah pihak. Mungkin saja si wanita tidak mendapat dukungan dari orang tuanya ketika ia ingin menjadi wanita karier. Ketika si wanita berhasil juga mencapai cita-citanya, sering ia merasa bersalah. Mungkin aneh kedengarannya, tapi nyatanya banyak wanita karier yang tidak percaya diri.
Mereka pernah diyakinkan bahwa karier tidak bisa sejalan dengan kebahagiaan rumah tangga.
Ketika karier mereka ternyata bisa menanjak, mereka menjadi tidak yakin bisa berbahagia dengan suami. Secara tidak sadar mereka lantas "menghukum" diri sendiri dengan menyabot hubungan yang baik. Tak selalu latar belakang yang menimbulkan kerenggangan.
Bisa saja yang terjadi bahwa biang keladi hubungan yang tidak harmonis itu karena masing-masing memang sudah tidak tertarik lagi, atau kekurangan waktu untuk berduaan, atau putus komunikasi, contohnya Ririn dan Topo. Mereka menikah ketika masih muda sekali. Ririn bekerja untuk menghidupi keluarga sebelum Topo menamatkan kuliah. Setelah Topo menjadi sarjana hukum dan mapan, Ririn memutuskan bahwa sekarang tiba saatnya untuk meneruskan kuliahnya yang tertunda di fakultas ekonomi. Namun Topo selalu mencari-cari alasan agar Ririn terhalang menamatkan perguruan tinggi. Biayanya tinggilah, kasihan anak-anaklah, dsb. "Topo ketakutan karena ia merasa Ririn ingin menjauhkan diri darinya. Sebenarnya Ririn memang sudah merasa tidak tahan hidup dengan Topo. Ia ingin kuliah bukan ingin menamatkan perguruan tinggi, melainkan untuk mencari kesibukan yang memungkinkan ia melarikan diri dari ketidakpuasan di rumah," Susan menjelaskan.
Jadi, "konflik karena karier", kalau diteliti belum tentu benar-benar demikian. Sering karier cuma dijadikan alasan saja.

Di masa yang lampau, pembagian tugas antara suami-istri sangat jelas. Suami mencari nafkah, istri tinggal di rumah. Suami memusatkan pikiran pada pekerjaan. Istri memelihara hubungan emosional yang baik di rumah.
Namun zaman telah berubah. Wanita sudah merupakan bagian dari angkatan kerja. Siapa yang mesti memelihara hubungan baik dengan pasangannya di rumah? Mestinya kedua belah pihak. Namun, suami belum siap dan istri tidak bisa sepenuhnya lagi memainkan peranan itu. Kedua-duanya sering belum mampu menanggulangi perubahan peran itu.
Adalah tanggung jawab wanita dan pria zaman sekarang untuk menyesuaikan diri dengan keadaan, sebab kita tidak bisa hidup seperti di masa silam.

Dikutip dari Buletin Inisiatif - IFF, Edisi Oktober 2005

Friday, November 11, 2005

KaLau KaRieR iSTRi LeBiH MaJu DaRi SuaMi - PaRT 2

PRiA MaSa KiNi TiDaK MeMBLe
Kisah ini terjadi dalam kehidupan nyata, meskipun pernah ada film yang menggambarkannya dengan baik sekali. Komentar Linda kemudian, "Sebetulnya saya kasihan pada pria zaman sekarang. Kami, wanita, menginginkan pria yang berpikiran liberal dan peka, tetapi juga yang pandai mencari nafkah dan melindungi kami. Kombinasi ini sangat sulit dicari."
Apakah anda mengalami hal yang sama? "Fenomena ini saya lihat meningkat dengan pesat selama satu dasawarsa ini." kata seorang ahli psikoterapi AS, Berta R. Hershcopf. Direktur American Counseling And Services di New York City itu berpendapat, "Keinginan untuk memiliki karier yang sungguh-sungguh menimbulkan tambahan stress bagi wanita. Stress itu berpengaruh terhadap hubungan wanita dengan pasangannya. Kalau si wanita lebih sukses dari pada pasangannya, perimbangan kekuasaan mendapat peluang untuk tumbang. Mula-mula si wanita merasa kesal pada si pria, lalu merasa bersalah, dan akhirnya marah."
Bagaimana dengan si pria? "Ia merasa direndahkan dan malu," kata Hershcopf. Soalnya, si wanita seakan-akan berkata, "Aku tak bisa lagi mencintaimu, karena dibandingkan dengan aku, kau manusia gagal."
Padahal dibandingkan dengan rekan-rekan pria di masa yang lalu, pria masa kini tidak lebih memble. Cuma saja, sekarang lebih banyak wanita yang sukses. Kini terjadi persaingan antara pria dan wanita. Kalau pihak wanita yang berada di atas angin, si pria maupun si wanita, belum tahu cara menanggulangi segi emosional dan psikologisnya.
Menurut Pepper Schwarts dalam American Couples, penelitian tentang hubungan pria-wanita dalam bidang keuangan, pekerjaan, dan seks, menunjukkan bahwa wanita lebih bahagia kalau pasangannya sukses dalam pekerjaan. Sementara itu si suami tidak mau pasangannya lebih sukses daripada dia. Bukan cuma suami kuno yang berkeinginan begini, tetapi juga suami modern. Mereka tidak mau dianggap kurang dari istri, oleh diri sendiri, oleh istri, maupun oleh orang lain.
Menurut para peneliti itu, para pria yang memberi semangat kepada istrinya untuk mencapai sesuatu, akan sangat kompetitif kalau istrinya mulai memperlihatkan tanda-tanda akan melampaui sukses si suami. Konon suami-istri yang bersaing sengit tidak terlalu bahagia hidupnya.

Dikutip dari Buletin Inisiatif-IFF, Edisi Oktober 2005

Thursday, November 10, 2005

KaLau KaRieR iSTRi LeBiH MaJu DaRi SuaMi - PaRT 1

Perimbangan kekuasaan dalam rumah tangga berpeluang tumbang, hubungan antar suami-istri menjadi renggang, manakala karier istri melambung sedangkan karier suami melempem. Kalau saja pasangan tidak tau cara menanggulangi segi emosional dan psikologis kesenjangan itu, rumah tangga terancam bubar.
Linda (32) tinggal di Jakarta dan bekerja di sebuah biro perjalanan. Pasangannya, Dani, tampan dan pandai. Semula Dani cemerlang di tempat kerjanya. Lalu entah mengapa ia melempem dan bakal kehilangan pekerjaannya. Menganggur ternyata buruk akibatnya bagi Dani. Waktu luang yang panjang menyebabkan ia mengasihani diri sendiri secara berlarut-larut. Dani jadi cepat tersinggung dan makin lama makin tergantung pada Linda.
Lama kelamaan Linda jadi kesal. Ia berpendapat Dani tidak mau berjuang untuk mengubah nasib. Linda merasa tidak kuat diganduli terus pada saat ia sedang meniti karier.
Malam hari Linda sering tidak bisa tidur. "Mestinya aku lebih penuh pengertian kepadanya dan lebih giat membesarkan semangatnya," pikirnya. Namun, setiap kali niat baik Linda dikalahkan oleh rasa tidak sabar menghadapi pasangan hidupnya.
Sebagai wanita ia mengharapkan pasangannya bisa menjadi pelindung. Ternyata peran sebagai pelindung itu tidak bisa dimainkan oleh Dani. Linda harus melindungi dirinya dan ia merasa mampu melakukannya.
Di dalam hati kecilnya Linda tetap mengharapkan adanya pelindung. Soalnya, dia dibesarkan dalam keluarga di mana ayahnya berperan sebagai pelindung yang stabil, pencari nafkah yang baik, dan dominan. Ayahnya memiliki sifat-sifat pria yang sangat dihargai di masa lampau.
Jadi, ketika Linda harus berperan sebagai pencari nafkah dan orang yang lebih dominan dalam hubungannya dengan Dani, ia merasa tidak betah. Ia kehilangan rasa hormatnya pada Dani, dan juga rasa cintanya. Akhirnya, mereka berpisah.

Dikutip dari Buletin Inisiatif - IFF, edisi Oktober 2005

Thursday, October 20, 2005

RaHaSia RuMaH TaNGGa MaLDiNi

Adriana Fossa pantas disebut sebagai wanita paling bahagia di Italia. Pernikahannya dengan Paolo Maldini sempurna dan jauh dari gosip. Rahasia rumah tangga Fossa-Maldini rupanya adalah saling pengertian.
Tak sia-sia Fossa melepas karir modelnya untuk menikahi Maldini. Padahal sebelum menikahi kapten AC Milan tersebut Fossa terhitung model yang sukses. Tetapi jalan hidup perempuan keturunan Italia-Venezuela tersebut berubah setelah menikah dengan Maldini tahun 1994.
Fossa memutuskan berhenti berkarir saat mengandung anak pertamanya, Christian. Kelahiran anak keduanya Daniel, lima tahun berselang, membuat Fossa bertekad mendedikasikan waktunya sebagai ibu rumah tangga.
Kepada Gazetta Dello Sport, Fossa mengaku bahagia dengan keputusannya sembilan tahun lalu. Apalagi ia mendapat dukungan suami pengertian seperti Maldini.
"Maldini di luar lapangan seperti lelaki kebanyakan. Dia selalu membuat saya tertawa dan kerap membuat saya bangga. Dia juga sangat perhatian. Dia mau menjaga anak-anak dari pagi hingga malam," cerita Fossa tentang pria yang ditemuinya pertama kali di arena disko tersebut.
Fossa pun seperti tak mau kalah. "Sewaktu Maldini mengalami kekalahan menyesakkan di Istambul (final Liga Champions vs Liverpool) saya ikut menangis. Dia yang kemudian menghibur saya. Lalu saya menyadari kalau dia yang seharusnya saya hibur dan saya bangkitkan semangatnya," tukas perempuan berambut panjang ini.
Karena adanya saling pengertian di antara mereka, tidak heran rumah tangga Maldini-Fossa jauh dari gosip. Fossa pun menyebut dirinya sebagai perempuan paling beruntung.
"Saya mungkin perempuan paling beruntung. Tuhan telah memberi saya semua yang saya inginkan, ini lebih berharga ketimbang uang," tandasnya.
Bikin ngiri, ya!

From www.detik.com

Wednesday, September 28, 2005

WHeN a SHY GuY HaS a CRuSH oN You

We can hardly know when a shy guy fall in love, because he can hardly tell you. So this is the signs when he has a special feeling for you, in case you find one, you'll understand it and you won't miss the chance.

  • He'll look at you, until you turn around, then boom, he's looking the other way.
  • You may 'feel' like he's watching you - but he's hard to catch at it.
  • He may do something physical - like grab you in a play way, poke you, play with your hair... He may be working really hard to pay attention to you, but doesn't quite know how.
  • He may ask a friend of yours about you - he'll say it's just for "friend of mine" that wants to know about you.
  • He talks to everybody else - but when you're around he turns silent, or chokes up.
  • You seem to accidentally bump into him a lot of different places.
  • He may not say a word to you, but he shows up in the same line, at the same movie, etc.
  • He'll give you a little smile from accross the room, but if you get near, he won't look up.
  • Basically - the big clue is that his behavior changes when you're around (compared to when he's around his buds or other girls).
  • Dead giveaway - when you talk to him he turns red.

Bingo - you can pack that puppy up and take him home... :)

Are there any of you found one and missed a chance to know him better because you thought he didn't have any special feeling for you?

The points are quoted from www.link2love.com

Monday, September 19, 2005

LoVe iS DeSTiNY


by Venus Emerald May

Nobody could ever find love
It is love that looks after us.
And if it finds us
There's no way to escape.
It doesn't choose nor
Force someone to love
Love is indeed a destiny.

Many says love comes,
Love goes.
Others tell that love has its own time
Of knocking at your door.
Yet love finds a way
To tell you it is right,
For love is truly a destiny.

Monday, September 12, 2005

CoWoK iDaMaN


Bicara-bicara tentang cowok idaman, pasti tiap cewek punya kriteria sendiri-sendiri. Kalo rumusku, Cowok Impian = Iman+Mapan+Tampan :) Tapi pertanyaannya, ada gak ya cowok model begitu? Or, aku bisa nemuin gak ya cowok yang model begitu? Kalo bisa ya Alhamdulillah, bersyukur banget, tapi kalo enggak? Musti kompromi kali ye... Alias, satu kriterianya gak ada. Kalo Iman, itu mutlak musti ada. Jadi, pilihannya, yang Iman+Mapan or Iman+Tampan. Kita jelas gak mao dong ya, Iman+Mapan tapi gak Tampan at all, or Iman+Tampan tapi gak Mapan at all. Jadi gimana dong? Kita bisa bantu gak ya? Misalnya dengan membantunya mendapatkan satu kriteria yang gak ada itu. So, next question is, mana yang lebih mudah, membantu si Iman+Mapan jadi lebih Tampan, or membantu si Iman+Tampan jadi lebih Mapan? Jadi bingung ya? Maklum deh friends, aku emang lagi iseng, jadi pikirannya ngelantur ke mana-mana, hehehe... :) BTW, aku sih tetep berharap dapet yang kriteria lengkap sesuai rumusku di atas itu, plus, he loves me for who I am! :")

Tuesday, August 30, 2005

WHiCH oNe You PReFeR, DeaR?


"Why didn't we know each other earlier?" Does this question sound familiar to you? This question crossed my mind as well for few times, and a few days ago, somebody just asked me again that question! Funny, isn't it? It depends on how you see the whole thing; life, that person, and yourself. So my answer is, that I didn't want to know that person earlier, because if we knew each other earlier, maybe what happened is different, because at that moment everything was different from now, that person, myself, his life, my life, his personality, my personality, the world, the life, everything was different! I'm not even sure that we could get along together!! So, just be grateful for what you have now, for what you live now. Maybe you think things shouldn't go this way, but believe me, what's happening to you now is the best way of things going on your best time.
So which one you prefer, my dear? Loving me as who I am now on the moment of you are now, or not having a chance to know each other better?
I prefer knowing you now as you are now, and just enjoy and cherish every precious moments because time will only pass through our lives once.

Wednesday, May 25, 2005

Divorce

Divorce. I believe it sounds terrible. You'll never think of that the day you get married. But, it's an ironic reality that quite many of us deal with it.
What is the worst part of it? Is it about loosing someone you love? I don't think so, because when it happened, love wasn't there anymore.
I think the worst part is the feeling that you failed. Other people face the same problem and they can make it but you can't. You failed, case closed.
But one of my dearest friends told me not to think of it as the sign that you failed. He prefers seeing it from a different point of view. He said, marriage is like an examination. You can pass it, but it's not impossible either you failed to pass it. But the big difference is, in life there is no word "fail", what you have is "experience". You still have a chance to do the examination again, but this time you know what it's all about, because you can never imagine what is marriage like until you jump into it. And with the experience you got in the past, you won't do the same mistakes. You'll learn a lot from your experience.
The real commitment starts when there's a child in your marriage. When you decide to have a child, make sure that you receive your spouse as the father/mother of the child. Every child needs both father and mother, one of them is not enough, it will affect him psicologically on his future. Of course it is God who bring them to the world, but it's your responsibility to take care of them, through marriage you cause a child be born, he never ask to be born. You can't say "I can't get along with your mom/dad, I'm leaving, bye!" It will be very unfair for him.
So let's think of it this way, when you have a problem with your spouse, instead of being stubborn and defending your ego, please look at your child as your drive. Thinking of your child as your drive makes you more patience and emotionally calm you down. You'll realize for whom you live, you'll know where to go, and at the end, it will remind you of your responsibilities.
*Thanks so much to my dear friend P for sharing this opinion and precious advice with me.

Tuesday, April 05, 2005

True love does exists

Kamis malam lalu saya bertemu dengan P - sengaja cuma inisialnya aja, soalnya saya belum ijin dia utk menulis ceritanya di sini - , seorang teman lama. Terakhir kali kami bertemu adalah dua tahun yang lalu dan lebih dari dua tahun kami tidak sempat ngobrol panjang lebar karena kesibukannya. Malam itu kami ngobrol dalam suasana yang relax sekali. Kami berbicara tentang banyak hal, tapi ada satu cerita yang membuat saya sangat terkesan. Begitu terkesannya sehingga saya tidak bisa menahan diri untuk segera menuliskan cerita ini, takut ada bagian yang terlupakan. Saya sangat surprise bahwa ternyata P yang selama ini sifatnya kelihatan cuek dan kadang terkesan sembarangan, bisa begitu romantis! Saya berusaha menuliskan selengkap mungkin ceritanya malam itu.
P menceritakan sekilas masa kecilnya dengan teman-teman sepermainannya di kampung halamannya di suatu kota kecil di bagian tenggara Prancis yang sayangnya saya lupa namanya. Cerita itu dimulai saat P berusia 18 tahun. P sering melalui akhir pekannya di rumah teman baiknya, Jean-Francois, karena orang tua temannya itu jarang ada di rumah saat akhir pekan. Jean-Francois sering mengumpulkan teman-temannya untuk berpesta di rumahnya.
Suatu hari Jean-Francois bilang, ada penghuni baru di sebelah rumahnya yang tadinya kosong. Satu keluarga yang belum ia kenal, ia cuma tahu bahwa keluarga itu berasal dari kota lain. Dan yang menarik perhatian tentu saja karena keluarga itu punya anak gadis yang cantik sekali.
Beberapa waktu kemudian, keluarga baru itu mengadakan pesta dan mengundang seluruh tetangga. Layaknya pesta pada waktu itu, orang tua akan berkumpul dengan orang tua untuk ngobrol dan berkenalan dengan tetangga baru mereka. Dan anak-anak remajanya juga berkumpul di salah satu bagian rumah itu untuk ngobrol dan berkenalan. Nama gadis cantik itu Sophie, dan P langsung jatuh cinta padanya. Tapi P adalah seorang pemuda yang sangat pemalu, jadi dia tidak punya keberanian untuk berusaha menarik perhatian Sophie, dia hanya berbicara sedikit dengan Sophie sampai pesta berakhir.
Karena kekagumannya pada Sophie, P mengirim surat tanpa menyebutkan namanya. Bukan hanya satu surat, tapi banyak, satu surat setiap minggu selama satu tahun! P hanya menyebutkan dirinya sebagai "Seseorang yang mengagumi kamu", di akhir tiap suratnya. Isinya juga bukan berupa kata-kata rayuan, melainkan cerita P tentang dirinya, tentang kegiatannya sehari-hari, tentang hobbynya dan lain-lain. P membuat Sophie mengenal dirinya tanpa memberitahukannya namanya.
Setelah pesta pertama di rumah Sophie itu, P sempat beberapa kali bertemu dengannya di pesta teman-teman mereka, sehingga mereka jadi lebih saling kenal. Tapi P tidak cerita tentang surat-surat itu, dan tetap mengirim sebuah surat setiap minggunya.
Setelah satu tahun berlalu, P merasa sudah saatnya Sophie tahu bahwa dialah si "Seseorang yang mengagumi kamu" itu, maka P tidak mengirim suratnya minggu itu via pos seperti biasanya, dia menitipkan surat itu pada adik Sophie untuk disampaikan pada kakaknya.
Setelah itu, P bertemu Sophie di gereja di kota mereka, kebetulan P adalah pemain gitar di band gereja itu. Sophie bilang ia sangat menyukai surat-surat itu, bahkan seluruh keluarga menyukainya karena Sophie selalu membacakan surat yang baru tiba pada saat makan malam dengan keluarga. Dan karena surat itu rutin tiba setiap minggu, seluruh keluarga seolah tak sabar untuk mendengar apa yang bakal diceritakan oleh si penulis surat itu minggu itu.
Singkat cerita, mereka pacaran. Menurut P, masa-masa pacaran itu seperti mimpi yang menjadi kenyataan, semua begitu indah dan begitu luar biasa.
Sophie yang sifatnya menyenangkan itu tidak butuh waktu lama untuk dekat dengan keluarga P, begitu juga P yang segera dekat dengan ibu dan adik-adik Sophie. Tapi satu hal, ayah Sophie tak pernah menerima P seberapa pun besarnya usaha P untuk melunakkan hatinya. Alasannya karena P yang berasal dari keluarga kelas menengah tidak sepadan untuk Sophie yang datang dari kalangan aristokrat Prancis. Selain dapat hambatan dari ayah Sophie, P juga dicemburui oleh beberapa pemuda kaya yang merasa diri mereka lebih layak untuk Sophie. Sophie sendiri tidak pernah mempermasalahkan perbedaan status mereka itu.
Pada waktu P ke Paris untuk belajar atau saat Sophie pergi ke luar kota dengan keluarganya, mereka tetap berhubungan via surat. Menurut P, ia masih menyimpan beberapa surat Sophie di rumah ibunya.
Suatu hari, di suatu pesta yang tidak dihadiri oleh Sophie, para tamu termasuk P minum-minum dan sedikit mabuk. P melakukan kesalahan fatal, ia mencium seorang gadis di pesta itu. Satu ciuman yang tidak berarti apa-apa bagi P tapi memberi dampak serius terhadap hubungannya dengan Sophie yang telah berjalan selama 3,5 tahun itu.
Keesokan harinya ketika P mencoba menelpon Sophie untuk mengatakan bahwa ia telah membuat kesalahan, ia ingin minta maaf dan memberikan penjelasan, Sophie telah lebih dulu mendengarnya dari orang lain. Gosip begitu mudah menyebar di kota kecil itu. Sophie sangat marah dan kecewa. Ia tidak menerima permohonan maaf P dan mengakhiri hubungan mereka. Dibutuhkan waktu 1 tahun bagi P untuk recovery dari kesedihan dan penyesalannya. Dia seperti orang yang terpuruk dan kehilangan semangat hidup. Terlebih lagi saat itu P harus pergi ke Paris selama 1 tahun untuk memenuhi wajib militer, sehingga ia semakin jauh dari Sophie.
Sekembalinya P dari Paris, ia menelpon Sophie dan bertanya apa boleh ia mampir sekedar untuk menyapa. Sophie tidak keberatan. Saat pertemuan itu, P masih merasakan betapa kuat rasa cintanya pada Sophie. Sophie pun kelihatannya masih sangat mencintai P, tapi ia tidak membiarkan perasaannya itu tumbuh kembali.
Setelah itu P lebih banyak tinggal di kota lain, dan pulang sesekali untuk menengok ibunya. Suatu hari P menerima undangan pernikahan Sophie, calon suaminya adalah teman P juga. P hadir ke pesta pernikahan itu, ia bahkan sempat berdansa dengan Sophie. P bilang ke saya bahwa perasaannya pada waktu itu bercampur aduk, dia masih sangat mencintai Sophie, dan juga masih merasakan cinta Sophie, tapi pada saat bersamaan mereka tahu bahwa cinta mereka tidak mungkin lagi bisa terwujud kembali.
Setelah itu P pergi ke Spanyol untuk beberapa waktu dengan temannya. Sekembalinya dari Spanyol, kembali P menelpon Sophie, tapi saat itu ibu Sophie yang menjawab telponnya. Ia menawarkan P untuk mampir ke rumahnya, karena ia juga sangat menyayangi P. Saat itu Sophie sedang hamil. P bilang pada saya, rasanya aneh sekali melihat wanita yang sangat dicintainya itu di depannya, dalam keadaan hamil yang bukan anaknya... Saya tidak bisa berkomentar, saya memahami perasaannya. Saya bahkan sempat membayangkan, seandainya saya jadi Sophie, mungkin saya akan memaafkannya dan memberi kesempatan lagi pada cinta kami. Tapi saya juga mencoba memahami perasaan Sophie, mungkin ia terlalu terkejut dan kecewa dengan kejadian itu. Ia tidak percaya dan sulit menerima bahwa P bisa melakukan kesalahan itu. Jika pacarnya adalah seorang pemuda playboy mungkin ia bisa sekedar marah dan menamparnya kemudian melupakan kejadian itu. Tapi tidak mungkin dengan P, dia pemuda lembut hati, polos dan pemalu. Mungkin Sophie merasa impiannya yang sempurna rusak oleh kejadian itu.
Setelah pertemuan itu, P tidak pernah lagi mengubungin Sophie. Tapi secara tidak langsung ia masih selalu mendengar kabar tentang Sophie. Teman baik Sophie dekat dengan ibu P, dan sering mengunjunginya. Ia selalu menyampaikan kabar Sophie pada ibu P, dan ibu P menceritakannya pada P. Begitu juga sebaliknya, secara tidak langsung Sophie juga masih selalu mendengar kabar P.
Sekarang Sophie telah mempunyai 3 anak, P juga punya 3 anak. Dan lucunya, nama istri P sekarang juga Sophie, mereka bertemu di Paris.
P bilang, kadang terpikir juga untuk menghubungi Sophie, sekedar menyapa, tapi itu tak ada gunanya. Lagi pula, pasangan-pasangan mereka mungkin akan terganggu dengan itu. P cuma bilang, mungkin memang Sophie lah cinta sejatinya, the love of his life, the right person at the right time of his life. Bahkan di saat ia menceritakan tentang Sophie pada saya, ia bilang ia masih merasakan hatinya berdebar-debar... Dan saya percaya itu, saya percaya bahwa Sophie sangat istimewa bagi P, dibutuhkan waktu 1 tahun untuk berusaha mengenal Sophie, kemudian 3,5 tahun yang menurut P adalah masa-masa terindah dalam hidupnya, setelah itu dibutuhkan 1 tahun lagi untuk bangkit dari keterpurukan dan setelah puluhan tahun berlalu, P masih selalu mengingatnya...
Ternyata cinta sejati itu benar-benar ada... Meskipun endingnya tidak selalu seindah kisah Cinderella... Dan saya jadi bertanya-tanya, kira-kira saya akan menemukan seseorang yang begitu memuja saya seperti P memuja Sophie selama puluhan tahun gitu nggak ya...? Ada pepatah bijak yang berbunyi, "The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams", jadi saya rasa saya memilih untuk percaya bahwa saya akan menemukannya dan endingnya bisa seindah kisah Cinderella... Kalian juga kan friends...?