Friday, November 11, 2005

KaLau KaRieR iSTRi LeBiH MaJu DaRi SuaMi - PaRT 2

PRiA MaSa KiNi TiDaK MeMBLe
Kisah ini terjadi dalam kehidupan nyata, meskipun pernah ada film yang menggambarkannya dengan baik sekali. Komentar Linda kemudian, "Sebetulnya saya kasihan pada pria zaman sekarang. Kami, wanita, menginginkan pria yang berpikiran liberal dan peka, tetapi juga yang pandai mencari nafkah dan melindungi kami. Kombinasi ini sangat sulit dicari."
Apakah anda mengalami hal yang sama? "Fenomena ini saya lihat meningkat dengan pesat selama satu dasawarsa ini." kata seorang ahli psikoterapi AS, Berta R. Hershcopf. Direktur American Counseling And Services di New York City itu berpendapat, "Keinginan untuk memiliki karier yang sungguh-sungguh menimbulkan tambahan stress bagi wanita. Stress itu berpengaruh terhadap hubungan wanita dengan pasangannya. Kalau si wanita lebih sukses dari pada pasangannya, perimbangan kekuasaan mendapat peluang untuk tumbang. Mula-mula si wanita merasa kesal pada si pria, lalu merasa bersalah, dan akhirnya marah."
Bagaimana dengan si pria? "Ia merasa direndahkan dan malu," kata Hershcopf. Soalnya, si wanita seakan-akan berkata, "Aku tak bisa lagi mencintaimu, karena dibandingkan dengan aku, kau manusia gagal."
Padahal dibandingkan dengan rekan-rekan pria di masa yang lalu, pria masa kini tidak lebih memble. Cuma saja, sekarang lebih banyak wanita yang sukses. Kini terjadi persaingan antara pria dan wanita. Kalau pihak wanita yang berada di atas angin, si pria maupun si wanita, belum tahu cara menanggulangi segi emosional dan psikologisnya.
Menurut Pepper Schwarts dalam American Couples, penelitian tentang hubungan pria-wanita dalam bidang keuangan, pekerjaan, dan seks, menunjukkan bahwa wanita lebih bahagia kalau pasangannya sukses dalam pekerjaan. Sementara itu si suami tidak mau pasangannya lebih sukses daripada dia. Bukan cuma suami kuno yang berkeinginan begini, tetapi juga suami modern. Mereka tidak mau dianggap kurang dari istri, oleh diri sendiri, oleh istri, maupun oleh orang lain.
Menurut para peneliti itu, para pria yang memberi semangat kepada istrinya untuk mencapai sesuatu, akan sangat kompetitif kalau istrinya mulai memperlihatkan tanda-tanda akan melampaui sukses si suami. Konon suami-istri yang bersaing sengit tidak terlalu bahagia hidupnya.

Dikutip dari Buletin Inisiatif-IFF, Edisi Oktober 2005

No comments: