Monday, October 27, 2008

Our Wedding Day

Kemarin, hari pernikahan kami telah kami lalui dengan selamat, Alhamdulillah segala sesuatunya berjalan baik meskipun tidak bisa dibilang sempurna.

Pukul 5 pagi aku bangun kemudian sholat Shubuh. Hari itu aku sudah tidak melakukan pekerjaan apa-apa. Pukul 6.30, aku mulai dirias. Sebelumnya aku sudah sarapan dan minum vitamin. Mbak Ipah yang meriasku cukup cekatan, sehingga pukul 9 pagi, aku sudah siap.

Rombongan pengantin pria tiba tepat waktu, sebelum pukul 9 pagi.

Entah kenapa aku gugup sekali, semoga hal itu wajar mengingat hari ini adalah momen bersejarah dalam hidupku.

Ketika aku keluar dari kamar rias menuju meja di mana akad nikah akan dilaksanakan, seluruh hadirin telah siap dan tinggal menungguku. Aku semakin gugup, sehingga aku begitu takut tidak bisa mengendalikan diri dan pingsan. Tak henti aku berdzikir dalam hati mohon ketenangan kepada Allah.

Kelihatannya Abang juga tak kalah gugup, ketika Penghulu membimbingnya membaca Ijab Qobul, ia tidak mengucapkannya dengan tepat. Syukurlah, ketika tiba saatnya harus membaca Ijab Qobul, Abang bisa membacanya dengan lancar tanpa harus diulang. Para hadirin terdengar menghela nafas lega. Hal itu sebenarnya terasa sedikit lucu buatku, karena ternyata para hadirin juga jadi ikut tegang menanti pembacaan Ijab Qobul Abang.

Aku senang sahabat-sahabatku bisa hadir saat Akad Nikah, aku senang di saat penting ini mereka bersedia mendampingiku.

Setelah Akad Nikah, acara syukuran juga berjalan baik, meskipun hujan turun cukup deras. Bahkan ada sedikit insiden, tenda yang berada tepat di depan organ tunggal jebol karena terlalu berat menahan air hujan. Tapi syukurlah kejadian itu tidak menimbulkan celaka. Selebihnya acara berjalan lancar, para tamu kelihatan menikmati hidangan dan juga cukup santai ngobrol-ngobrol. Bahkan Fahmi sahabat adikku dan Reza teman baikku sejak SMA menyumbang lagu indah untuk kami.
Di undangan kami jadwalkan acara berjalan pukul 11.00 - 14.00, tapi prakteknya acara baru berakhir pukul 16.00.

Kami semua lega bahwa tidak ada halangan yang berarti sepanjang berjalannya acara.

Malam harinya, Aku dan Abang sholat Tahajjud bersama sebagai wujud rasa syukur kami kepada Allah swt, Alhamdulillah.

Saturday, October 25, 2008

One Day Befor My Wedding

Besok adalah salah satu hari terpenting dalam hidupku, aku akan menikah. Dan hari ini cukup membuatku tegang, mengingat segala sesuatunya harus beres hari ini. Aku adalah calon pengantin yang merangkap event organizer, so semakin dekat hari H, kepalaku semakin pusing setiap kali mendengar ada ini dan itu yang belum beres.
Belum lagi Abang, calon suamiku, kemarin gusinya bengkak, sehingga pipi kanannya kelihatan sedikit menggembung. Hari ini aku tidak bertemu Abang, tapi beberapa kali aku menelepon memastikan bahwa besok pipinya tidak bengkak sebelah, karena akan sangat mengganggu pemandangan di foto-foto pernikahan kami besok.
Hari ini dan kemarin aku berpuasa, tapi bukannya makan saat berbuka di waktu maghrib, aku baru makan sekitar jam 8.30 malam. Aku rasanya kehilangan rasa lapar.
Beruntung, seorang sepupuku yang biasa aku sebut dengan panggilan Kuti, tadi menggiringku ke kamar dan memijat badanku, kebetulan beliau ini pandai memijat. Jadi selama sekitar 30 menit aku bisa melupakan sejenak urusan-urusan yang belum beres, dan menikmati pijitan Kuti.
Sebentar lagi aku akan tidur, meskipun rasanya sulit memejamkan mata. Tapi kalau kurang istirahat, besok kondisiku akan buruk, jadi aku paksakan untuk tidur, dan meyakinkan diri bahwa everything's gonna be fine.

Thursday, October 23, 2008

Lunch Bareng Sahabat-Sahabat di Hokben

Tiga hari lagi adalah hari pernikahanku, dan hari ini aku masih berkeliaran dengan mamaku ke Tanah Abang, ada beberapa keperluan lagi yang perlu dibeli. Heran juga rasanya, sejak seminggu yang lalu rasanya segala sesuatunya sudah beres, tapi ternyata sampai hari ini ada saja yang ketinggalan.
Kemarin aku bicara di telepon dengan sahabatku, Azzurrina. Hari ini kami janjian untuk lunch bareng di Hokben Pancoran, sekaligus memberikan undangan pernikahanku. Awalnya hanya aku, mamaku dan Azzurrina, tapi kemudian dua sahabat kami yang lain ikut serta, Bu Heboh dan Bu Dengan, membuat suasana jadi lebih meriah. Ada keharuan dan keceriaan saat kami lunch tadi. Aku memang merindukan moment-moment seperti ini yang akhir-akhir ini sudah sangat jarang bisa kami lakukan. Tapi walau tidak sering bertemu, di hatiku mereka tetap sahabat-sahabatku, kata orang, 'jauh di mata dekat di hati'...

Tuesday, October 21, 2008

MeNYeBaR uNDaNGaN

Kemarin kami disibukkan dengan penyebaran undangan. Target kami adalah undangan sudah tersebar semua selambat-lambatnya hari ini, mengingat hari ini adalah H-5. Abang mengantar undangan2 ke beberapa teman kami, dan Papaku cuti khusus untuk ke kantor pos untuk mengirimkan undangan-undangan ke teman-temannya dan saudara-saudara kami. Mamaku membagikan undangan kepada tetangga-tetangga kami. Sedangkan aku sendiri kemarin berkeliling kantorku untuk membagikan undangan kepada rekan-rekan sekantorku. Hari ini pun masih ada beberapa undangan yang belum diantar atau diposkan, tapi harus selesai semua hari ini.
Hari ini aku menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang tertunda, bersih-bersih mejaku, dan menitipkan pekerjaanku pada salah satu rekan kerjaku, Endah. Semua pekerjaanku akan diambil alih olehnya selama aku cuti, tanggal 23 Oktober sampai dengan 7 November. Aku akan kembali aktif bekerja lagi tanggal 10 November.
Sejujurnya, momen-momen menjelang pernikahanku ini sebenarnya cukup membuatku tegang. Tapi kami semua berusaha rileks, hal-hal yang kurang sempurna kami tanggapi dengan santai tapi tetap mencari solusi. Contohnya, ada sedikit kesalahan pada undangan kami. Nama lengkap kami tidak tertera pada undangan. Sebenarnya hal itu cukup mengganggu, tapi dari pada kami berkeluh kesah dan menggerutu atau mengomel, aku print nama lengkap kami berdua, kami gunting dan kami tempel di sebelah kanan bawah undangan kami. Model hurufnya kami sesuaikan dengan huruf pada undangan kami. Hasilnya not bad. Yuli, salah seorang sahabatku pada saat pertama kali melihat undangan tersebut tidak 'ngeh' bahwa nama lengkap kami itu adalah tempelan. Tapi ya kami jadi dapat pekerjaan tambahan menempel 400 buah undangan, alamak! Rumah kami penuh dengan potongan-potongan kertas. Kami 'lembur' sampai pukul 1 dini hari. Dan keesokan harinya kantung mataku tebal karena kurang tidur. Tapi kami tidak mengeluh kok, kami bersyukur bahwa sejauh ini tidak ada hambatan yang berarti, semoga ke depannya juga acara kami berjalan lancar, amiin.

Friday, October 17, 2008

Kartu Undangan

Kemarin sore kartu undangan kami siap dan bisa diambil di percetakan. Berdebar-debar rasanya menjelang kami mengambilnya, karena kami tidak sempat melihat hasil akhirnya. Sebenarnya kami juga yang salah, karena kami memesan undangannya pada saat libur lebaran. Dan sesuai dengan budaya orang yang berdomisili di Jakarta, saat lebaran hampir semua orang mudik, begitu juga dengan para pegawai percetakan di mana kami memesan.
Awalnya, kami memilih sebuah undangan berpita. Sebenarnya saya ingin model yang simple, tapi karena tidak menemukan contoh yang menarik, maka kami pilih salah satu undangan berpita yang contohnya terpampang di percetakan tersebut, yang juga cukup manis bagi kami, dilengkapi dengan terjemahan ayat Alqur'an dan puisi. Dan yang membuat kami panas dingin adalah, percetakan meragukan undangan kami itu bisa selesai pada waktunya, karena perlu waktu untuk melem pita dan lain-lain, sehubungan dengan para karyawannya yang belum kembali dari mudik lebaran.
Alhamdulillah, seorang teman papaku mengirimkan undangan pernikahan anaknya. Undangannya sangat simple, hanya terdiri dari satu lembar, terbungkus amplop, tanpa pita. Dan kami suka karena menurut kami idenya 'boleh juga', undangannya beda dari undangan pada umumnya, tidak berpanjang-panjang kata, cukup informasi yang diperlukan saja. Lalu kami bergegas menuju percetakan, memperlihatkan contoh undangan yang kami punya, dan kami harap bisa selesai lebih cepat dari pada undangan yang kami pesan sebelumnya. Kami bersyukur, orang percetakan menyanggupi dengan model yang simple itu, bisa selesai jauh lebih cepat. Dan ternyata, undangan selesai dalam waktu 5 hari. Tapi, untuk mempercepat prosesnya, kami tidak sempat lagi mengecek apakah ada kesalahan.
Dan kemarin sore, aku cukup lega. Walaupun undangan itu tidak sempurna, kesalahannya sangat minim dan tidak begitu penting', yaitu di amplop tertulis 'Yang terhaormat', seharusnya 'Yang terhormat'. Selebihnya - nama pengantin, nama orang tua, alamat rumah dan tanggal pernikahan - tidak ada kesalahan.

Wednesday, October 15, 2008

Persiapan Pernikahan

Sebelas hari lagi insya Allah adalah hari pernikahanku. Segala sesuatunya sedang dipersiapkan, ada yang sudah beres dan ada yang belum.
Sesuai rencana semula, akad nikah akan dilaksanakan pukul 9 pagi, dilanjutkan dengan syukuran pernikahan jam 11 pagi hingga jam 2 siang. Dan seperti yang telah kami rencanakan pula, acara pernikahan kami ini kami laksanakan secara sederhana di rumah. Undangan tidak terlalu banyak, hanya sanak saudara dan beberapa teman dekat plus teman kantor kami.
Surat-surat ke KUA dan penghulu sudah diurus langsung oleh Abang.
Untuk rias pengantin, pelaminan, peralatan makan, tenda, kursi dan AC, kami menggunakan jasa Mbak Ipah yang direkomendasikan oleh Bu Tuti, teman baik mamaku.
Karena rumah dan halaman rumahku tidak begitu luas, maka kami menggunakan halaman keluarga Pak Parman, tetangga depan rumah kami untuk seluruh acara, Alhamdulillah tetangga kami yang baik itu mengijinkan, semoga Allah membalas kebaikan hatinya.
Tetangga kami yang lain, keluarga Pak Hasan akan membantu kami untuk mengurus ijin dari PLN karena kami membutuhkan 3 pass listrik untuk keperluan AC. Dan tetangga kami yang lain lagi, Pak Romli, akan mengurus soal parkir para undangan, karena lokasi rumah kami di jalan kecil, tidak bisa dipergunakan untuk parkir.
Untuk urusan masakan, bude dan tanteku yang akan handle, mamaku tidak ingin menggunakan jasa katering, walaupun aku sudah ngotot dengan alasan lebih praktis. Sedangkan untuk kue-kue dan buah-buahan, aku minta bantuan salah seorang sahabatku, Yuli. Pamanku yang punya restoran bakso di depan Stasiun Cakung akan menyediakan bakso sebagai salah satu hidangan.
Kartu undangan masih dalam pengerjaan, mudah-mudahan bisa selesai sebelum tanggal 18 Oktober 2008.
Untuk souvenir, aku mendapat hadiah parfum dari kawan-kawan kantor - thanks so much to Mbak Audry & Mbak Rita - aku tinggal menyediakan botol-botol kecilnya saja.
Demikianlah dukungan dan bantuan dari keluarga, tetangga dan teman-teman tercinta, semoga Allah membalas kebaikan dan keikhlasan merekadengan berkah yang banyak. Dan semoga akad nikah kami berjalan lancar dan khidmat, demikian juga acara syukuran pernikahan kami lancar dan berkenan di hati para undangan. Amiin.

Wednesday, October 08, 2008

Suasana Lebaran Di Kantorku

Hari ini, hari ke 3 kami kembali aktif bekerja setelah libur lebaran, rekan-rekan di kantor baru mulai lengkap. Aku sendiri mulai masuk sejak hari pertama, kantor masih terasa lengang, sepertinya baru 50% pegawai yang masuk.

Dan seperti 2 lebaran yang sudah aku lalui selama aku bekerja di perusahaan ini, lebaran kali ini suasananya cukup meriah. Aku bekerja di sebuah perusahaan flavors & fragrances (essence perasa & pewangi) yang pegawainya cukup banyak, kira-kira 200 orang. Setelah libur lebaran, kami satu departemen biasanya berkeliling ke departemen-departemen lain secara rombongan, suasananya mirip-mirip dengan suasana sehabis sholat Ied di area rumahku, di mana tiap keluarga saling mengunjungi. Mengingat area perusahaan kami cukup luas, dan pegawainya cukup banyak, di saat seperti inilah kami berkesempatan menjelajahi hampir seluruh area dan bertemu hampir semua orang yang sebagian besar belum tentu kami kenal, karena biasanya kami hanya kenal orang-orang yang ada hubungan pekerjaannya. Menurutku hal ini bagus untuk mempererat tali silaturahmi antar pegawai, masa kami tidak saling kenal padahal berada di bawah payung yang sama.

Menurut teman-teman kantorku (dan juga sudah aku buktikan sendiri), kami berkeliling saat pertama kali masuk perusahaan untuk diperkenalkan ke seluruh karyawan dan juga untuk mengenal secara garis besar pekerjaan di perusahaan ini, kemudian setiap habis libur lebaran, dan ketika menyebarkan undangan pernikahan.

Tuesday, October 07, 2008

Bergunjing dengan 'cerdik'

Entah kenapa, tiba-tiba aku teringat akan seseorang yang cukup aku kenal, tapi lama tidak kujumpai. Ia adalah kerabat mamaku, namanya tidak perlu aku sebutkan di sini. Mungkin ia juga sedang teringat kepadaku.

Orangnya sebenarnya cukup menyenangkan diajak ngobrol, sayangnya ia senang bergunjing tentang orang lain. Awalnya aku tidak begitu memperhatikan hal tersebut, tapi semakin sering ngobrol dengannya, ada begitu banyak hal tentang orang lain yang tidak perlu kami ketahui, justru kami ketahui secara cukup mendetil. Memang sih yang ia ceritakan itu kadang bukan 'top secret', tapi menurutku, tidak perlu juga harus disebar luaskan. Dan hebatnya lagi, ia melakukannya dengan cara yang cukup cerdik, ia tidak perlu mengatakan terus terang bahwa Si A jahat, atau si B melakukan hal yang memalukan, atau si C hidupnya melarat, tapi melalui kata-katanya, suatu opini dengan sendirinya terbentuk dalam benak kita tentang orang-orang yang digunjingkannya itu. Sejujurnya, perlu bertahun-tahun mengenal orang ini dengan baik, baru aku bisa melihat 'kelebihannya' ini.

Yah, itulah sedikit cerita tentang dirinya, aku sih berharap ia bisa menghentikan kebiasaanya itu, mengingat ia sudah punya beberapa anak dan cucu yang perlu diberi contoh bersikap yang baik.

Monday, October 06, 2008

Mengenang Ibu Yohanna

Ibu Yohanna, yang biasa aku sapa dengan sebutan Tante, adalah Ibunda sahabatku, Azzurrina. Pertama kali aku mengenal beliau tahun 1994/1995, ketika itu aku sering menginap di rumah sahabatku itu saat akhir pekan. Di mataku, beliau adalah sosok yang cantik, ramah dan lembut tutur katanya. Beliau juga seseorang yang tidak suka berdiam diri, beliau menikmati perannya sebagai seorang wanita pekerja di samping perannya sebagai seorang istri dan ibu dari ketiga putra-putrinya.
Aku ingat, dulu beliau bersama ibundanya yang biasa aku sapa Oma, senang menyediakan masakan-masakan Menado, daerah asal beliau, terutama di hari-hari istimewa. Aku juga ingat, beliau pernah memberi hadiah ulang tahun untuk mamaku, yaitu tea set dan tempat lilin, yang sampai sekarang masih kami simpan dengan baik.
Tanggal 5 Oktober 2008, di usia 61 tahun, beliau menghadap Sang Pencipta akibat penyakit diabetes yang beliau derita, yang juga mempengaruhi kesehatan paru-paru beliau. Terakhir kali aku bertemu beliau di RS Dharmais, saat aku menjenguk sahabatku, beberapa bulan yang lalu.
Banyak teman, kerabat dan tetangga yang hadir mengungkapkan belasungkawa yang mendalam melepas kepergian beliau. Beliau dicintai oleh banyak orang karena beliau mencintai banyak orang semasa hidupnya.

Sunday, October 05, 2008

Tertipu

Kemarin, masih dalam suasana lebaran, ada hal yang tidak begitu baik terjadi padaku. Aku dan mamaku sedang duduk-duduk di teras rumah kami, saat sebuah mobil mengangkut 2 buah spring bed satu lapis. Kami mobil tersebut sedang mencari alamat tetanggaku yang membeli barang tersebut. Ternyata tidak seperti yang kami duga, si pembawa spring bed tersebut menawarkan spring bed tersebut untuk kami beli. Mereka mengatakan bahwa mereka bekerja di sebuah toko mebel, dan bossnya tidak memberikan uang sebagai THR, tapi memberikan dagangannya, yaitu spring bed tersebut untuk dijual dan uang hasil penjualannya adalah sebagai THR buat mereka. Awalnya kami tidak tertarik, karena kami tidak membutuhkan spring bed baru. Tapi kemudian aku ingat Abang (tunanganku), belum mempunyai tempat tidur di rumah yang akan kami tempati kelak. Awalnya harga yang ditawarkan adalah 800 ribu rupiah. Tapi kami menawar dengan harga 400 ribu rupiah, dan akhirnya kami setuju untuk membayar 500 ribu rupiah. Anehnya, aku sama sekali tidak memeriksa barang yang aku beli tersebut, bahkan menyentuhnya pun tidak. Setelah orang-orang tersebut pergi, baru aku perhatikan bahwa ukuran tempat tidur tersebut kecil, lebarnya tidak lebih dari 1.4 m, dan panjangnya kurang dari 2 m.
Kesimpulannya, aku tertipu. Kecewa? Tentunya iya.
Tapi aku pikir tidak ada gunanya meratapi uang yang sudah melayang tersebut, tapi dari pada tempat tidur tersebut tidak terpakai karena menurut Abang bisa jebol dalam waktu 2-3 bulan jika ditiduri oleh orang dewasa, maka aku memutuskan untuk memberikannya kepada tetanggaku yang masih anak-anak, sebagai amal. Semoga Allah bersedia menerima amalku, dan semoga tempat tidur bermanfaat dan bisa menyenangkan hati anak tetanggaku itu.
Lalu bagaimana dengan 'para penipu' itu? Sungguh mereka bukanlah urusanku. Tanggung jawab mereka adalah kepada Allah, bukan kepadaku.