Friday, July 06, 2007

DeVaDaSi Di iNDia

Ada satu kisah tentang India yang bikin gue gak habis pikir. Dulu gue pernah baca tentang mahar yang musti dibayar kaum perempuan di sana buat pihak pengantin pria, dan besarnya gila-gilaan, gak jarang yang minta rumah lengkap dengan isinya plus mobil. Dan kalo mahar itu belum dilunasi pihak perempuan, sering kali terjadi KDRT alias kekerasan dalam rumah tangga, yang sekarang lagi ngetop-ngetopnya dibahas di Indonesia. Konon banyak istri yang dibakar suaminya, dan sedihnya lagi, si istri gak berani melaporkan kejadian itu, jadi mereka cuma bilang bahwa itu kecelakaan di dapur.

Dan baru aja kemaren gue baca berita dari India juga tentang Devadasi. Devadasi itu adalah perempuan persembahan, yang dulunya dimaksudkan sebagai persembahan kepada Dewa, di mana mereka ini 'ditakdirkan' untuk membaktikan seluruh hidupnya untuk melayani Dewa. Kedengerannya sih gak jelek, membaktikan seluruh hidupnya untuk melayani Dewa itu kan mulia (untuk umat Hindu tentunya).

Masalahnya, cerita dibalik itu gak seindah kedengerannya. Devadasi ini diambil dari warga Dalit, yaitu warga yang dianggap paling rendah, gak punya hak untuk bergaul dengan para pemilik kasta. Kasta Sudra aja yang paling rendah, masih punya kasta, nah orang Dalit ini saking rendahnya sampe dianggap gak berhak punya kasta. Malang banget kan?!
Orang Dalit ini hak-haknya terbatas banget, kalo gak bisa gue bilang diperlakukan dengan gak berprikemanusiaan. Perkampungan mereka ini jaraknya gak boleh lebih deket dari 500 meter dari orang2 berkasta. Pekerjaan mereka mengemis karena gak berhak mendapat pendidikan, dan juga melakukan pekerjaan2 yang gak ada orang lain yang mau lakukan, misalnya bersihin kandang binatang. Udah gitu, mereka ini gak berhak dibayar pake uang, cukup dengan makanan aja. Itu pun ngasihnya musti dilempar dari dalem rumah karena mereka kan gak berhak bertemu muka dengan orang berkasta. Kalo secara gak sengaja mereka ketemu orang berkasta, mereka musti menundukkan wajah sampe orang berkasta itu udah lewat. Pokoknya, mereka seolah-olah dari dunia yang berbeda.

Kembali ke soal Devadasi, devadasi ini diambil dari perempuan-perempuan Dalit tadi. Tugas mereka adalah melayani Yellamma (pendeta) yang dipercaya sebagai wakil Tuhan. Jadi kapanpun Yellamma membutuhkannya, dia musti siap sedia, sampe urusan jadi temen tidur si Yellamma juga. Tapi mereka gak punya hak menyandang status istri or bahkan selir, dan kalo mereka hamil dan melahirkan, anak-anaknya ini gak berhak kenal dengan 'bapaknya', dan kalo mereka udah tua dan gak bisa lagi menjalankan fungsinya sebagai devadasi, mereka menggantungkan hidupnya dari belas kasihan orang lain, mengemis. Ironisnya lagi, banyak dari mereka nerima gitu aja 'takdir' itu, dengan harapan saat reinkarnasi nanti jadi punya status yang lebih tinggi, bukan terlahir jadi orang Dalit lagi.

Tapi bersyukur, ada Jyothi, dia itu seorang aktivis yang bercita-cita untuk memajukan orang-orang Dalit ini. Jyothi dan aktivis lainnya membangun Bandhavi, sekolah gratis supaya anak-anak Dalit ini bisa dapat pendidikan. Di sana mereka juga dibekali ketereampilan-keterampilan praktis dan kerajinan tangan, supaya mereka bisa hidup mandiri, gak jadi pengemis.

No comments: